Blended
Learning “Flipped Classroom” salah satu strategi pembelajaran PPKN di Era New
Normal Pandemi covid 19
Saat ini
tahun 2020 adalah terjadi sebuah peristiwa yang menghantam segala sendi
kehidupan termasuk dunia pendidikan dimana tahun 2020 ini terjadi Pandemi Wabah
Covid 19 maka sistem belajar dalam dunia Pendidikan di Indonesia berubah
drastis dengan meniadakan pembelajaran tatap muka, hal tersebut menjadi sebuah
tantangan bagi semua pihak yang terkait dengan dunia pendidikan dimana
tujuannya diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara
yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
1. 1. Hakekat Pembelajaran PPKN
a. Pengertian belajar
Belajar
merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan (
reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan persisten
pada dirinya sebagai hasil pengalaman (Learning is a change of behaviour as a
result of experience), demikian pendapat John Dewey, salah seorang ahli
pendidikan Amerika Serikat dari aliran Behavioural Approach.
Perubahan yang dihasilkan oleh proses
belajar bersifat progresif dan akumulatif, megarah kepada kesmpurnaan, misalnya
dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, baik
mencakup aspek pengetahuan (cognitive domain), aspek afektif (afektive domain)
maupun aspek psikomotorik (psychomotoric domain). Belajar merupakan
suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan[4]
1. Learning to Know, yaitu suatu proses pembelajaran yang memungkinkan siswa
menguasai tekhnik menemukan pengetahuan dan bukan semata-mata hanya memperoleh
pengetahuan.
2. Learning to do adalah pembelajaran untuk mencapai kemampuan untuk
melaksanakan Controlling, Monitoring, Maintening, Designing, Organizing.
Belajar dengan melakukan sesuatu dalam potensi yang kongkret tidak hanya
terbatas pada kemampuan mekanistis, melainkan juga meliputi kemampuan
berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain serta mengelola dan mengatasi
koflik
3. Learning to live together adalah membekali kemampuan untuk hidup bersama
dengan orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, saling pengertia dan
tanpa prasangka.
4. Learning to be adalah keberhasilan pembelajaran yang untuk mencapai
tingkatan ini diperlukan dukungan keberhasilan dari pilar pertama, kedua
dan ketiga. Tiga pilar tersebut ditujukan bagi lahirnya siswa yang mampu
mencari informasi dan menemukan ilmu pengetahua yang mampu memecahkan masalah,
bekerjasama, bertenggang rasa, dan toleransi terhadap perbedaan. Bila ketiganya
behasil dengan memuaskan akan menumbuhkan percaya diri pada siswa sehingga
menjadi manusia yang mampu mengenal dirinya, berkepribadian mantap dan mandiri,
memiliki kemantapan emosional dan intelektual, yang dapat mengendalikan dirinya
dengan konsisten, yang disebut emotional intelegence (kecerdasan emosi).
b. Pengertian
pembelajaran.
Menurut Jugiyanto (2006:12) pembelajaran dapat diartikan sebagai,
Suatu proses yang mana suatu kegiatan berasal atau berubah lewat
reaksi dari suatu situasi yang dihadapi, dengan keadaan bahwa
karateristik-karateristik dari perubahan aktivitas tersebut tidak dapat
dijelaskan dengan dasar kecenderungan-kecenderungan reaksi asli, kematangan,
atau perubahan-perubahan sementara dari organism.
1.
Pengertian
minat. Menurut Slameto (2003:180) minat “adalah suatu rasa lebih suka
atau rasa keterikatan pada suatu hal tanpa ada yang menyuruh.” Sementara itu,
menurut Djaali (2008:121) suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu
pernyataan yang menunjukkan bahwa peserta didik lebih menyukai suatu hal dari
pada lainya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi suatu aktifitas. Minat
diperlukan untuk menimbulkan perhatian. Perhatian yang penuh pada peserta didik
akibat timbulnya minat dapat memacu partisipasi peserta didik dalam
pembelajaran.
2.
Pengertian
minat belajar. Berdasarkan pengertian di atas, maka minat belajar dapat diartikan
sebagai rasa suka dan rasa ketertarikan terhadap proses untuk melakukan sesuatu
yang bertujuan merubah tingkah laku dan memberikan pengalaman.
3.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi minat belajar. Beberapa faktor yang mempengaruhi
minat belajar peserta didik, menurut Totok (dalam Sholahuddin, 2012), adalah
(1) motivasi dan cita-cita, (2) keluarga, (3) peran guru (4) sarana dan
prasarana, (5) teman pergaulan, dan (6) mass media. Sementara itu, menurut
Reber (dalam Syah, 2010:133) minat bergantung banyak pada faktor-faktor
internal seperti: pemusatan perhatian,
keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
4.
Indikator minat
belajar. Menurut Mikarsa (dalam Krisniawan, 2012:23) indikator minat
belajar adalah sebagai berikut:
1)
Kesadaran
2)
Perhatian
3)
Kemauan
4)
Perasaan senang
Masing-masing
aspek tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)
Kesadaran
Seorang
bisa dikatakan berminat terhadap objek, apabila orang tersebut menyadari adanya
objek tersebut. Unsur itu harus ada pada individu, karena dengan kesadaran
inilah pada dirinya akan timbul rasa senang, kemudian rasa ingin tahu dan ingin
memiliki objek tersebut.
2)
Perhatian
Perhatian
adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, artinya usaha jiwa lebih kuat dari
biasanya dan jiwa itupun semata-mata tertuju pada suatu objek atau sekumpulan
objek-objek.
3)
Kemauan
Kemauan
diartikan sebagai dorongan keinginan yang terarah pada suatu tujuan hidup
tertentu dan dikendalikan oleh pertimbangan akal budi kemauan itu merupakan
dorongan keinginan pada setiap manusia untuk membentuk dan merealisasikan diri,
dalam arti mengembangkan bakat dan kemampuannya.
4)
Perasaan senang
Perasaan
senang dibawa oleh seseorang sebagai sumber kekuatan dalam belajar lebih
lanjut. Antara minat dan perasaan senang terdapat hubungan timbal balik,
sehingga tidak mengherankan jika seorang yang mempunyai perasaan tidak senang
terhadap suatu objek juga akan berkurang minat terhadap tersebut dan
sebaliknya.
d.
Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pertama : PPKn
merupakan bidang kajian kewarganegaraan yang ditopang berbagai disiplin ilmu
yang releven, yaitu: ilmu politik, hukum, sosiologi, antropologi, psokoliogi
dan disiplin ilmu lainnya yang digunakan sebagai landasan untuk melakukan
kajian-kajian terhadap proses pengembangan konsep, nilai dan perilaku demokrasi
warganegara.
Kedua : PPKn
mengembangkan daya nalar (state of mind) bagi para peserta didik. Pengembangan
karakter bangsa merupakan proses pengembangan warganegara yang cerdas dan
berdaya nalar tinggi. PPKn memusatkan perhatiannya pada pengembangan kecerdasan
warga negara (civic intelegence) sebagai landasan pengembangan nilai dan perilaku
demokrasi.
Ketiga : PPKn
sebagai suatu proses pencerdasan, maka pendekatan pembelajaran yang digunakan
adalah yang lebih inspiratif dan partisipatif dengan menekankan pelatihan
penggunaan logika dan pealaran. Untuk menfasilitasi pembelajaran PPKn yang efektif
dikembangkan bahan pembelajaran yang interaktif yang dikemas dalam berbagai
paket seperti bahan belajar tercetak, terekam, tersiar, elektronik, dan bahan
belajar yang digali dari ligkungan masyarakat sebagai pengalaman langsung (hand
of experience).
Keempat: kelas
PPKn sebagai laboratorium demokrasi. Melalui PPKn, pemahaman sikap dan perilaku
demokratis dikembangkan bukan semata-mata melalui ‘mengajar demokrasi” (teaching
democracy), tetapi melalui model pembelajaran yang secara langsung
menerapkan cara hidup secara demokrasi (doing democracy). Penilaian
bukan semata-mata dimaksudkan sebagai alat kedali mutu tetapi juga sebagai alat
untuk memberikan bantuan belajar bagi siswa sehingga lebih dapat berhasil
dimasa depan. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh termasuk portofolio siswa
dan evaluasi diri yang lebih berbasis kelas.
Menurut
E. Mulyana Pembelajaran aktif dengan menciptakan suatu kondisi dimana
siswa dapat berperan aktif, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator. [1]
Pembelajaran harus dibuat dalam suatu kondisi yang menyenangkan sehingga siswa
akan terus termotivasi dari awal sampai akhir kegiatan belajar mengajar (KBM)
secara daring . Dalam hal ini pembelajaran dengan Problem Based Learning
sebagai salah satu bagian dari pembelajaran CTL (Contextual Teaching and
Learning) merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan guru disekolah
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PPKn.
Berdasarkan uraian diatas maka
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, dirancang untuk mengkaji penerapan
pembelajaran model “Problem Based Learning” dalam meningkatkan kemampuan menelaah
Ketentuan UUD NRI 1945 Tentang Wilayah Negara, Warga Negara, Kemerdekaan
Beragama dan berkepercayaan serta Pertahanan dan keamanan dalam mata pelajaran
PPKn.
1) Pembelajaran terjadi secara mandiri dan
konvensional yang keduanya memiliki kelebihan yang dapat saling melengkapi;
2) Pembelajaran lebih efektif dan
efisien;
3) Meningkatkan aksesabilitas;
4) Peserta didik leluasa untuk
mempelajari materi pelajaran secara mandiri dengan memanfaatkan materi-materi
yang tersedia secara daring;
5) Peserta didik dapat melakukan
diskusi dengan pengajar atau peserta didik lain di luar jam tatap muka;
6) Kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh peserta didik di luar jam tatap muka dapat dikelola dan
dikontrol dengan baik oleh pengajar;
7) Pengajar dapat menambahkan materi
pengayaan melalui fasilitas internet;
8) Pengajar dapat meminta peserta
didik untuk membaca materi atau mengerjakan tes yang dilakukan sebelum
pembelajaran;
9) Pengajar dapat menyelenggarakan
kuis, memberikan balikan, dan memanfaatkan hasil tes secara efektif;
10) Peserta didik dapat saling berbagi
file atau data dengan siswa lain;
11) Memperluas jangkauan
pembelajaran/pelatihan;
12) Kemudahan implementasi; 13)
Efisiensi biaya;
14) Hasil yang optimal;
15) Menyesuaikan berbagai kebutuhan
pembelajaran; dan
16) Meningkatkan daya tarik
pembelajaran. Kelebihan ini dapat dimanfaatkan oleh guru, siswa dan wali murid.
1) Media yang dibutuhkan sangat
beragam, sehingga sulit diterapkan apabila sarana dan prasarana tidak
mendukung; 2) Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki peserta didik, seperti
komputer dan akses internet. Padahal, Blended Learning memerlukan akses
internet yang memadai dan bila jaringan kurang memadai, itu tentu akan
menyulitkan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran mandiri via daring; dan
3) Kurangnya pengetahuan sumber daya pembelajaran (pengajar, peserta didik dan
orang tua) terhadap penggunaan teknologi (Husamah, 2013: 36). Kelemahan tersebut
bisa dilakukan seminimilisir dalam pembelajaran. Penentuan media melalui google
classroom sebagai keterbatasan yang harus dilakukan. Pembiasaan penggunaan ini
perlunya diberikan pelatihan kepada siswa atau wali murid untuk mempermudahkan
keterterapan yang akan dilakukan.
Sistem pembelajaran yang dimaksud yang menggunakan Learning Management System (LMS). Menurut Ellis (2009: 1) LMS adalah aplikasi perangkat lunak untuk administrasi, dokumentasi, pelacakan, pelaporan dan penyampaian kursus pendidikan atau program pelatihan. LMS dapat dikatakan sebuah managemen pembelajaran yang disiapkan untuk siswa dan guru dalam melakukan pembelajaran melalui perangkat lunak. Adapun perangkat lunak LMS yang bisa digunakan antara lain: ACS, Blackboard, Certpoint, Moodle, Canvas, Candy CBT, Google Classroom, Forum Messenger dan sebagainya. Khusus Forum Messenger atau Whatsapp Forum adalah sebuah aplikasi percakapan dengan video yang di miliki oleh Facebook dan dapat disandingkan juga dengan Whatsapp serta dapat berbagi layar dengan kapasitas 50 peserta sekaligus sebagai media percakapan dan pada Candy CBT juga terdapat pluggin atau aplikasi tambahan yang terkoneksi langsung dengan facebook pada kolom komentar, dan Forum Messenger ini hampir sama dengan aplikasi zoom dan bersifat synchronous atau juga asynchronous. Kelebihannya dari forum messenger adalah Gratis, tidak perlu punya akun bagi yang bergabung saat forum berlangsung dan forum messenger bagian dari facebook yang sudah familiar bagi pengguna karena pengguna facebook diperkirakan adalah 2,5 Milyar seluruh dunia, dapat share screen juga dan dapat berdiskusi dikolom diskusi, tanpa batasan waktu. Namun tetap Forum messenger memiliki kelemahan yaitu jenis file yang dapat diupload pada kolom diskusi hanya teks, foto dan video saja, dan tidak bisa direkam tanpa bantuan aplikasi lainnya.
Solusinya adalah pilihlah aplikasi yang
tepat dengan mengukur kemampuan guru dan sekolah serta peserta didik sehingga
aplikasi pembelajaran daring dapat efektif. Pembelajaran Model Blended Learning
ini sangat tepat digunakan karena dengan macam – macam kondisi. Penulis
menggunakan metode ini dalam pembelajaran di saat era new normal dan
menggunakan aplikasi lms sekolah dan Forum Messenger
Penulis Maliki Muslim, S.Pd
Mahasiswa PPG daljab 2020 Gel III
kampus Universitas Negeri Semarang
website artikel jabar Relasi Publik
Komentar
Posting Komentar